Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih
memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat
melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di
Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan
kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan
perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia
tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa
pengauh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat.
Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi
itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga
mencapai titik kulminasi.
Pemuda Indonesia
Pemuda dalam pengertian aalah manusia-manusia muda, akan
tetapi di Indonesia ini sehubungan dengan adanya program pembinaan
generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat dengan pasti.
Ditinjau dari kelompok umur, maka pemuda Indonesia adalah sebagai berikut
:
- Masa bayi : 0 – 1 tahun
- Masa anak : 1 – 12 tahun
- Masa Puber : 12 – 15 tahun
- Masa Pemuda : 15 – 21 tahun
- Masa dewasa : 21 tahun keatas
Dilihat dari segi budaya atau fungsionalya maka dikenal
istilah anak, remaja dan dewasa, dengan perincian sebagia berikut :
- Golongan anak : 0 – 12 tahun
- Golongan remaja : 13 – 18 tahun
- Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Usia 0-18 tahun adalah merupakan sumber daya manusia
muda, 16 – 21 tahun keatas dipandang telah memiliki kematangan pribadi dan
18(21) tahun adalah usia yang telah diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik
pemerintah maupun swasta
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah
mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti
generasi terdahulu. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta
ruang
lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 kategori
yaitu :
1.
Siswa,
usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
2.
Mahasiswa
usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi
3.
Pemuda
di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15
– 30 tahun keatas.
Sosialisasi Pemuda
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai
cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan dmeikian, tingkah laku
seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi
tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan
budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia
masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi
dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang
membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup
dan bagaimana cara berpikir
kelompoknya gar dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari
anggota masyarakat dan hubungannya degnan sistem sosial.
Proses Internalisasi, Belajar dan Spesialisasi
Ketiga kata tersebut sebenarnya memiliki definisi yang
hampir sama. Proses terjadinya yaitu melalui interaksi sosial. Internalisasi
lebih mengarah pada norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma
tersebut. Belajar lebih mengarah pada proses pembelajaran tingkah laku, yang
sebelumnya tidak dimiliki sekarang telah dimiliki akibat proses pembelajaran
tersebut. Sedangkan Spesialisasi lebih mengarah pada kekhususan yang telah
dimiliki oleh seorang individu.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, kita pasti
selalu bersosialisasi terhadap individu lain dimanapun kita berada. Perbedaan
antar karakter menjadi identitas diri individu masing-masing. Perilaku setiap
individu pun berbeda-beda, karena dari itu membuat individu lain mengambil
suatu tindakan yang berbeda-beda.
Tindakan-tindakan yang diambil oleh masing-masing individu bisa dibagi menjadi dua yaitu tindakan positif dan negatif. Tindakan positif akan diambil jika antar individu saling mengharagai adanya norma-norma yang berlaku. Kalau tindakan negatif, akan diambil jika antar individu tidak mengutamakan norma-norma yang ada, seperti saling egois, berbeda pendapat, merasa derajatnya lebih tinggi dari individu lain, dan sebagainya.
Setelah individu mengambil suatu tindakan entah itu
positif atau negatif, pastilah individu tersebut berfikir atas tindakannya
tersebut. Atas pemikirannya itu, akan membuat suatu pembelajaran dimana
individu akan lebih memahami apa itu hidup besosialisasi dan norma-norma yang
berlaku. Dari pembelajaran tersebut, suatu individu akan mendapatkan
spesialisasi atau kekhususan kemampuan dimana individu bisa menempatkan dirinya
di dalam hidup bermasyarakat.
Proses Sosialisasi Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang
anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya
yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami
tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan
tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang
anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini
mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan
seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain,
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk
pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang
telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak
menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut
orang-orang yang amat berarti (Significant other)
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan
digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh
kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai
menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama
denganteman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan
hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman
sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya
secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari
bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized
Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah
dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain,
ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi
dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya
peraturan, kemampuan bekerja sama–bahkan dengan orang lain yang tidak
dikenalnya– secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini
telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Proses Sosialisasi Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya.
Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang melalui
interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass
self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling
hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan
selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat,
sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain
selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul
dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu
mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu
memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu
benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan
orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau
sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat
dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian
tersebut
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang
hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori
labeling, dimana seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan
apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak dicap “nakal”, maka ada
kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai “anak nakal” sesuai dengan
penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.
Peranan Sosial Mahasiswa
dan Pemuda di Masyarakat
Mahasiswa adalah kelompok pelajar yang bisa dikatakan
sebagai golongan terdidik, karena mampu untuk mengenyam pendidikan tinggi, di
saat sebagian yang lain dalam usia yang sama masih bergelut dengan kemiskinan
dan keterbatasan biaya dalam mengakses pendidikan, terutama pendidikan tinggi.
Predikat tersebut tentulah dapat disinonimkan bahwa
mahasiswa merupakan kaum intelektual, yang mempunyai basis keilmuan yang kuat
sesuai dengan jurusan yang diambil masing-masing mahasiswa, yang berarti
kemampuan akademik mahasiswa dapat diandalkan sebagai salah satu asset negara
ini. Tetapi, mahasiswa juga merupakan sebuah entitas social yang selalu
berinteraksi dengan masyarakat dari segala jenis lapisan, sehingga dalam hal
ini mahasiswa pun dituntut untuk memainkan peran aktif dalam kehidupan social
kemasyarakatan.
Peranan pemuda dalam masyarakat
Masyarakat membutuhkan peran serta pemuda untuk kemajuan
bersama. Pemuda adalah tulang punggung masyarakat. Generasi tua memilki
keterbatasan untuk memajukan bangsa. Generasi muda harus mengambil peranan yang
menentukan dalam hal ini. Dengan semangat menyala-nyala dan tekad yang membaja
serta visi dan kemauan untuk menerima perubahan yang dinamis pemuda menjadi
motor bagi pembangunan masyarakat. Sejarah membuktikan, bahwa perubahan hampir
selalu dimotori oleh kalangan muda. Sumpah Pemuda, Proklamasi, Pemberantasan
PKI, lahirnya orde baru, bahkan peristiwa turunnya diktator Soeharto dari
singgasana kepresidenan seluruhnya dimotori oleh kaum muda. kaum muda pula yang
selalu memberikan umpan balik yang kritis terhadap pongahnya kekuasaan.
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pola dasar pembinaan dan pembangunan generasi muda
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan dalam Keputusan Menteri
Pendidkan dan Kebudayaan nomor : 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978. Tujuannya
agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam poenanganannya
benar-benar menggunakannya sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat
terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang
dimaiksud.
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda
disusun berlandaskan :
1.
Landasan
Idiil : Pancasila
2.
Landasan
Konstitusional : Undang-undang dasar 1945
3.
Landasan
Strategi : Garis-garis Besar Haluan Negara
4.
Landasan
Histories : Sumpah Pemuda dan Proklamasi
5.
Landasan
Normatif : Tata nilai ditengah masyarakat.
Motivasi asas pembinaan dan pengembangan generasi muda
bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional, seperti disebutkan dalam
pembukaan UUD 1945 alinia IV.
Atas dasar kenyataan ini, diperlukan penataan kehidupan
pemuda sehingga mereka mampu memainkan peranan yang penting dalam masa depan
sekalipun disadari bahwa masa depan tersebut tidak berdiri sendiri. Masa depan
adalah lanjutan masa sekarang, dan masa sekarang adalah hasil masa lampau.
Dalam hal ini, pembinaan dan pengembangan generasi muda haruslah menanamkan
motivasi kepekaan terhadap masa datang sebagai bagian mutlak masa kini.
Kepekaan terhadap masa datang membutuhkan pula kepekaan terhadap
situasi-situasi lingkungan untuk merelevansikan partisipannya dalam setiap
kegiatan bangsa dan negara. Untuk itu, kualitas kesejahteraan yang membawa
nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu yang mewarnai pembinaan generasi
muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.
Tanpa ikut sertanya generasi muda, tujuan pembangunan ini
sulit tercapai. Hal ini bukan saja karena pemuda merupakan lapisan masyarakat
yang cukup besar, tetapi tanpa kegairahan dan kreativitas mereka, pembangunan
jangka panjang dapat kehilangan keseimbangannya. Apabila pemuda masa
sekarang terpisah dari persoalan masyarakatnya, sulit terwujud pemimpin masa
datang yang dapat memimpin bangsanya sendiri.
Dua Pengertian Pokok Pembinaan dan Pengembangan Generasi
Muda
Dalam hal ini, pembinaan dan pengembangan generasi muda
menyangkut dua pengertian pokok, yaitu
·
Generasi
muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah
memiliki bekal dan kemampuan serta landasan untuk mandiri dan ketrlibatannya
pun secara fungsional bersama potensi lainnya guna menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi bangsa.
·
Generasi
muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang masih
memerlukan pembinaan dan pengembangan kea rah pertumbuhan potensi dan kemampuan
ketingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara
fungsional.
Masalah dan Potensi Generasi Muda
Berbagai permasalahan generasi yang muncul pada saat ini
antara lain :
- Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
- Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
- Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan bangsa.
- Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
- Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan.
- Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.
- Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi moral bangsa.
- Merebaknya penggunaan narkoba dikalangan remaja.
- Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
Dalam rangka memecahkan permasalahan generasi muda
diatas, diperlukan usaha-usaha terpadu, terarah dan berencana dari seluruh
potensi nasional dengan melibatkan generasi muda sebagai subjek pembangunan.
Organisasi-organisasi pemuda yang telah berjalan baik merupakan potensi yang
siap untuk dilibatkan dalam kegiatan pembangunan nasional.
Potensi-potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang
perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :
a. Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan
yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar
mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu
dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
b. Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka
memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan
untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada
ataupun mengemukakan gagasan yang baru.
c. Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan,
mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko
itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan
pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan
pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu
memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.
d. Optimis dan Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat.
Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya
pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.
e. Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam
sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran
disiplin murni pada dirinya agar mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar
dan memiliki tenggang rasa.
f. Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah,
secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif,
generasi muda secara relatif lebih terpeljar karena lebih terbukanya kesempatan
belajar dari generasi pendahulunya.
g. Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari
keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan
jika dihayati secara sempit dan eksklusif. Akan tetapi, keanekaragaman
masyarakat Indonesia merupakan potensi dinamis dan kreatif jika ditempatka
dalam kerangka integrasi nasional yang didasarkan pada semangat sumpah pemuda
serta kesamaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
h. Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta
memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena
pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk
membela dan mempertahankan NKRI dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan
semangat ini, generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan
ketahanan dan pertahanan nasional.
i. Sikap Kesatria
Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan
pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinngi adalah unsur-unsur
yang perlu dipupuk dan dikembangkan dikalangan generasi muda Indonesia sebagai
pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam
rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat
dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator terhadap lingkungannya yang
lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidilkan serta penerapan teknologi, baik
yang maju, maupun yang sederhana.
Tujuan pokok sosialisasi
Tujuan pokok sosialisasi ada 4 yaitu:
- Individu harus diberi ilmu pengetahuan (ketrampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
- Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
- Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
- Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyarakat umumnya.
Cara Pengembangan Potensi Generasi Muda
Generasi muda memiliki peranan penting dalam memajukan
dan meningkatkan pembangunan. Begitu banyak potensi yang dimiliki oleh generasi
muda, mereka mampu berkarya dan berekspresi dengan bebas ,tetapi masih dalam
lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi aturan. Pengembangan potensi
tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat mengembangkan
potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan
kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda
yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak.
Generasi muda dapat mengembangkan potensi mereka melalui
hoby atau kesenangan masing-masing, contohnya jika anak menyukai musik maka ia
bisa mengembangkan potensinya dengan membuat sebuah band atau mengikuti kursus
bermain musik sehingga potensi anak tersebut tidak redup tanpa ada
perkembangan.
Potensi generasi muda juga dapat membangun rasa bangga
pada diri sendiri. Keluarga dan negara juga merasa bangga atas potensi yang
dimiliki oleh anggota keluarga atau sebagai masyarakat. Tapi bagaimana jika
generasi muda saat ini mengisi hari mereka dengan hanya menghabiskan uang orang
tua dengan membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan, Sex di luar
nikah, penyalahgunaan obat narkotika tak dapat dihindari, mabuk-mabukan
(minum-minuman keras), dan masih banyak lagi hal-hal lain yang sangat
menyedihkan. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan orang tua dapat
mengarahkan sejak dini kemana arah yang paling tepat dan baik untuk
perkembangan anak mereka sehingga generasi muda dapat memiliki potensi yang
sangat berguna bagi nusa dan bangsa.
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah
Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong,
dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba
menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk
barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiksecara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Filosofi pendidikan
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu
dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari
sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan
musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar
bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari
lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya
tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat
mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun
pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan
dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
- Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
- Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
- Melestarikan kebudayaan.
- Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi lain dari lembaga pendidikan adalah sebagai
berikut.
- Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
- Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
- Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
- Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan
yakni sebagai berikut:
- Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
- Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
- Menjamin integrasi sosial.
- Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
- Sumber inovasi sosial.
Perguruan tinggi
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara
pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan
tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Menurut jenisnya, perguruan
tinggi dibagi menjadi dua:
- Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.
- Perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
Di Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi,
institut, politeknik, sekolah tinggi, dan universitas. Perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi dengan program
pendidikan diploma (D1, D2, D3, D4), sarjana (S1), magister(S2), doktor (S3),
dan spesialis.
Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki
program doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa)
kepada setiap individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan
jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan,teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni. Sebutan guru besar atau
profesor hanya dipergunakan selama yang bersangkutan masih aktif bekerja
sebagai pendidik di perguruan tinggi.
Pengelolaan dan regulasi perguruan tinggi di Indonesia
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Rektor Perguruan Tinggi Negeri
merupakan pejabat eselon di bawah Menteri Pendidikan Nasional.
Selain itu juga terdapat perguruan tinggi yang dikelola
oleh kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian yang umumnya merupakan
perguruan tinggi kedinasan, misalnya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang
dikelola oleh Kementerian Keuangan.
Selanjutnya, berdasarkan undang-undang yang berlaku,
setiap perguruan tinggi di Indonesia harus memiliki Badan Hukum Pendidikan yang
berfungsi memberikan pelayanan yang adil dan bermutu kepada peserta didik,
berprinsip nirlaba, dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan
pendidikan nasional.
Alasan Kesempatan Mengenyam Pendidikan Tinggi
Pembicaraan tentang generasi muda/pemuda, khususnya yang
berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting , karena berbagai
alasan.
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh
pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang
masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam
pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam
masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh generasi muda pemuda pada
umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa termasuk
yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama di bangku sekolah, maka mahasiswa mendapatkan proses sosiaslisasi terpanjang secara berencana dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya. Melalui berbagai mata pelajaran seperti PMP, Sejarah, dan Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan dan kemasyarakatan dapat diketahui.
Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan memperkaya khasanah kebudayaannya , sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta keterampilan berorganisasi yang lebih baik dibandingkan generasi muda lainnya.
Pendapat Pribadi
Pemuda sebagai generasi penerus yang berperan memajukan bangsa, dalam perkembangannya tentunya membutuhkan pembinaan ke arah yang lebih baik. Keanekaragaman pada tiap diri seseorang juga menuntut cara yang berbeda dalam pembinaan potensi pemuda. Proses perkembangan pemuda tidak lepas dari peran lingkungan keluarga, sekolah mapun masyarakat. Proses perkembangan pemuda sendiri erat kaitannya dengan proses sosialisasi. Pemuda hendaknya mampu bersosialisasi dengan baik, karena sosialisasi turut berperan dalam perkembangan cara pikir dan kebiasaan seorang pemuda. Bagi pemuda, belajar bersosialisasi dapat melatih bagaimana cara untuk menyesuaikan diri dan berfungsi dalam lingkungan sosialisasi tersebut.Seiring berkembangnya seorang individu muda mulai menununjukan potensi-potensi yang dimilikinya. Potensi-potensi tersebut hendaknya dibina ke arah yang lebih baik. Pembinaan ini hendaknya diikuti dengan pemberian keterampilan yang nantinya dibutuhkan di masyarakat, membina pemuda agar dapat berkomunikasi secara efektif, dan agar dapat berprilaku sesuai norma dan tata nilai yang ada dalam masyarakat. Apabila pembinaan potensi generasi muda ini berhasil, maka dapat membangun rasa bangga pada diri sendiri, Keluarga dan Negara.Beberapa cara-cara pembinaan tersebut dapat disisipkan dalam pendidikan. Pemberian kesempatan bagi pemuda untuk mendapatkan pendidikan yang layak bahkan hingga pendidikan tinggi, dapat memberikan banyak manfaat. Karena pendidikan sendiri dapat mentransmisi kebudayaan baik yang sudah ada dalam masyarakat, mengajarkan peranan sosial tiap individu, mengajarkan keberagaman kepribadian serta inovasi sosial. Intinya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat memiliki peran yang sangat penting. Oleh karena itu, selain fokus pada pengembangan kepribadian pemuda, namun hendaknya kualitas lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat juga harus ditingkatkan.
Referensi:
http://illaphuw.blogspot.com/2010/11/pemuda-dan-sosialisasi.htmlNama : Mahfudin
NPM : 15113233